WHAT'S NEW?

Pentingnya Mensinergiskan Hati dengan Ilmu Bagi Seorang Guru



Random Post
    Guru yang memiliki hati yang bersih dan suci disertai dengan ilmu yang baik akan menghasilkan anak-anak didik yang berkualitas dan berakhlak mulia. Guru demikian adalah mereka yang mampu mensinkronkan antara hati dengan ilmu. Guru yang cerdas dan berilmu tahu bahwa antara ilmu dan hati adalah satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan.

    Pentingnya Mensinergiskan Hati dengan Ilmu Bagi Seorang Guru

    Hubungan hati dngan ilmu adalah seperti buku dan lembaran kertas, atau juga mengajar dan belajar. Jika sekiranya hati diumpamakan cermin, maka ilmu adalah bayangannya. Jika cerminnya berdebu dan tidak jelas maka bayangannya pun tidak akan mampu terlihat dengan baik.

    Al-Ghazali mengatakan, "Barang siapa kehilangan ilmu, maka hatinya sakit dan biasanya mati". Kebanyakan manusia tidak menyadarinya, karena kelalaiannya pada dunia. Jika kelalaliannya menampakan kematian hatinya, maka manusia akan merasakan rasa sakit yang teramat pedih. Dan pada akhirnya berujung pada penyesalan.

    Seperti yang dipaparkan di atas, hati jika tidak diberikan suntikan ilmu akan menyebabkan hati menjadi sakit atau bahkan mati. Kondisi ini jelas sangat buruk dan menyebabkan kerusakan yang berbahaya. Bukan dari segi kebugarannya melainkan mental dan prilakunya dalam kehidupan. Apabila ada seorang guru yang menderita penyakit ini maka hal tersebut sangatlah merugikan, tidak hanya bagi gurunya saja melainkan akan merambat ke anak-anak didiknya, yang mana mereka adalah generasi penerus bangsa. Koruptor dan penipu adalah beberapa produk yang dihasilkannya.

    Pernah dikisahkan ada seorang pemuda yang memiliki hati bersih dan berilmu tak sengaja menemukan sebuah apel yang terbawa arus aliran sungai. Kebetulan pada saat itu dia tengah kelaparan dan sedang melakukan perjalanan. Tak pikir panjang dia pun langsung mengambil dan melahap buah apel tersebut sampai habis. 

    Namun seketika dia teringat sesuatu, sang pemuda baru teringat bahwa dia telah memakan apel yang mana dia tidak memiliki hak atasnya. Karena rasa takut dan bersalahnya dia pun berusaha mencari si pemilik apel tersebut dengan menelusuri sungai ke arah hulu. Sampai pada akhirnya sang pemuda berhasil menemukan pohon apel besar yang berada dipipir sungai. Ia pun berfikir bahwa apel tersebut pasti berasal dari pohon tersebut. 

    Tak mau berlama-lama sang pemuda langsung mencari si pemiliki pohon yang pasti tidak jauh dari pohon tersebut. Akhirnya ia pun berhasil menjumpai seorang laki-laki tua yang mengaku sebagai pemilik dari pohon apel tersebut. Di dalam percakapannya ia mengaku telah memakan apel dan bersedia melakukan apapun agar si orang tua mau meridhoinya.

    Mendengar pengakuan dari sang pemuda, si orang tua pun terkagum - kagum. Didepannya ada sesosok manusia jujur dan berilmu. "Alangkah bahagianya jika ia memiliki menantu seperti ini" katanya dalam hati.

    "Wahai anaku hatimu sangat mulia dan ilmu mu sangat luas, ketahuilah aku sudah sangat bersusah payah memelihara pohon apel ini. Tidak ridho aku jika engaku memakan buah apel itu, kecuali engkau mau menikahi anak gadis ku yang bisu, tuli, buta dan kakinya lumpuh" . Wajah sang pemuda tidak berubah, tanpa fikir panjang sang pemuda langsung menyanggupi permintaan di bapak tua.

    "Anaku tidak cantik, wajahnya biasa saja. Apakah kamu benar- benar menyanggupi?" kata bapak menegaskan.

    Dia tetap pada kesediaannya. Sang pemuda siap melakukan apapun demi mendapatkan keridhoannya. Ketentraman hati dan kesucian jiwa adalah hal yang lebih penting baginya.

    Akhirnya, mereka sepakat untuk melakukan pernikahan dan si bapak tua memanggil anaknya keluar rumah. Tanpa diluar dugaan, anaknya sangat cantik dan sehat. Tidak ada sedikipun kecacatan yang melekat pada dirinya. Keadaan ini menjadi suatu keanehan bagi si pemuda, dan ia pun bertanya kepada bapak tua,"Wahai bapak, katamu anakmu tuli, but, bisu dan lumpuh. Tapi kenyataannya tidak demikian, bahkan dimataku dia sempurna dan sangatlah cantik"

    Sang bapak tersenyum, "Begini anaku, ketahuilah kukatakan anaku tuli dan bisu karena dia tidak pernah berkata dan mendengarkan sesuatu yang dilarang Agama. Dia buta dan lumpuh, karena dia tidak suka melihat dan berpergian ke tempat yang dilarang Agama."

    Pemuda yang jujur dan istrinya yang 'cacat' akhirnya melakukan pernikahan dan memiliki anak. Dengan penuh dedikasi dan teladan yang diberikan orang tuanya, sang anak pun tumbuh menjadi anak yang berilmu dan berhati mulia. Persis seperti yang dimiliki oleh orang tuanya. Dan siapakan anak tersebut? anak tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah Imam Asy-Syafi'i, seorang ulama besar yang sangat besar peranannya dalam dunia Islam sampai saat ini.

    Itulah salah satu kisah nyata yang merupakan bentuk dari pentingnya kesucian hati dan ilmu yang dimiliki orang tua terhadap perkembangan sang anak. Sama halnya seperti guru terhadap anak didiknya. Semakin tinggi ilmu dan kesucian hati seorang guru maka akan semakin besar pula kesempatan anak didiknya untuk berkembang menjadi lebih baik.


    Ide Kreatif Guru Says:
    "Terimakasih telah berkunjung ke situs ini, semoga artikel yang kami berikan bisa bermanfaat dan menambah wawasan baru kepada anda kehususnya berkenaan dengan pembelajaran "

    0 comments:

    Post a Comment

    Portal Belajar Fisika